Tukang Nutuk
Pedal gas terus ku injak, itu mobil terus kusiksa gak kasih jeda istirahat sejah dikandangkan. Setelah pagi tadi meraung-raung di Bokong Semar nyaris gagal momentum saat motong jalan menekuk tajam dari persis gang bawah bokong semar saat menuju Wonosari. Mendekati sore tak kalah serunya, masuk ke kawasan bukit kawasan pajangan dengan jalan ngepres dan tanjakan curam. Hampir pesimis, benarkah ada kehidupan di sini, dan ternyata padat juga penduduknya.
Memenuhi undangan BLKPP DI Yogyakarta untuk memberikan materi digital marketing ke peserta pelatihan wirausaha baru di Dukuh Jambean Kalurahan Triwidadi Pajangan. Sesampainya sana sempet bengong, lagi pesertanya lebih dominan lebih dari setengah baya atau aku bilang sampun sepuh.
'Gadah Hp kek gini ibu?' tanyaku ke peserta.
'Mboten mas.' Jawab beliau hampir serentak. Dan benar saja, terhitung satu dua yang mengeluarkan Smartphone.
'Ok deh kita sharing aja alat digital yang paling sederhana nggih bu, kita coba optimalkan kirim pesan untuk jualan.' Mencoba tetep memberikan pembelajaran ke peserta agar pasca sesi mereka dapat langsung mempraktekannya.
Bukannya cukup gampang, eh ternyata malah pada bingung mau jualan apa. Lha kok?
'Gadah produk apa bu?' penasaran.
'Dereng gadah mas.' Ibu reni menjawab. 'ibu-ibu di sini kesehariannya membuat emping mlinjo mas.' beliau melengkapi.
'Ya udah, yuk kita tawarkan emping mlinjonya kalau gitu.' pintaku.
'Gak ada produknya mas' timpal ibu reni.
Hooh ternyata sebagian beliau bekerja sebagai penutuk emping mlinjo. Ambil mlinjo dari juragan dibawa pulang terus ditutuk jadi emping dan dikembalikan ke juragan dengan imbalan 6.000,-/kg mlinjo. Sehari rata-rata bisa nutuk 2,5 kg.
Duh sayang sekali, batinku.
Tak pikir panjang aku coba kasih gambaran untuk tidak sekedar menjadi tukang nutuk saja, ibu-ibu bisa mulai mengembangkan usaha emping mlinjo lewat kelompok. Tidak sekedar jual mentah, dikasih nilai tambah dikit dengan jual matang dan dikemas standar. Nilai jualnya pasti meningkat. Nilai rupiah yang didapat juga pasti bertambah.
Bukan hanya mlinjo ternyata, di Dukuh Jambean ternyata juga ada produk gula jawa. Ini ku dapatkan dari seorang kakek lewat dengan membawa botol nira kelapa. Ku konfirmasi ternyata ada beberapa warga yang memproduksi gula jawa. Dan lagi, hanya dijual curah dengan harga relatif murah ke pasar. Andaikan bisa diberi nilai tambah sedikit.
Ah jadi liar kemana-mana pikirku.
Mungkin ini hanya sedikit gambarah sebuah kampung di salah satu desa di DIY. Belum lagi desa lainnya. Belum lagi desa di seluruh Indonesia. Betapa ada banyak potensi kampung/desa yang belum teroptimalkan dengan baik.
Tugas siapa?
Aku hanya ingin tidur malam ini, ahir-ahir ini hariku habis membersamai temen UKM di Desa preneur Blangkon. Semoga ibu-ibu di desa Jambean Triwidadi punya semangat untuk terus mengekplore potensi yang dimikinya.
0 Response to "Tukang Nutuk"
Post a Comment